Maknadan isi puisi surat dari ibu si pak guru from dan tipografi dan (2) bah Kesimpulanbisa dijadikan hasil informasi akhir yang penting dari bacaan yang dibaca. Kesimpulan diperoleh dari menentukan ide pokok dalam kalimat utama dan informasi penting di kalimat penjelas. Dalam setiap paragraf baru terbentuklah kesimpulan dalam bacaan. Baca Juga: Menentukan Kalimat Pengembang dalam Sebuah Paragraf, Materi Kelas 5 SD Tema 1 Kesimpulanini didapat setelah peneliti melihat hasil dari dokumentasi pada pemindaian otak janin. Janin dari ibu hamil dengan tingkat kecemasan lebih tinggi, cenderung mempunyai koneksi yang lebih lemah antara dua area otak yang terlibat dalam fungsi eksekutif dan kognitif lanjut; serta koneksi yang lebih kuat antara bagian-bagian otak yang PuisiSurat Untuk Ibu menyiratkan cerita singkat yang mengandung makna kiasan. Jadi, penyair mencoba melukiskan perasaannya melalui cerita singkat yang memiliki makna tersirat. Makna tersebut tampak kondisi yang bertentangan antara bertahan hidup di Jakarta dan bertemu ibunya di kampung. . SURAT DARI IBU Pergi ke dunia anak-anaku sayang pergi ke hidup bebas! Sesama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daunan dalam rimba dan padang hijau. Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Sesama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita "Tentang cinta dan hidupmu pagi hari" karya Asrul Sani UNSUR INSTRINSIK Tema Tema merupakan gagasan utama atau ide pokok yang terdapat dalam sebuah puisi yang ingin diungkapkan oleh penyair. Tema yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah pendidikan, yaitu nasihat seorang ibu kepada anaknya agar mengembara untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat kokoh. Setelah pemuda memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup, dinyatakan dengan "Jika bayang telah pudar/dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku!" Pada bait terakhir, sang ibu meminta anaknya "pulang kembali ke balik malam untuk "bercerita tentang cinta dan hidupmu pagi hari". Perasaan Perasaan merupakan kehendak yang ingin diungkapkan oleh penyair. Perasaan juga mrujuk kepada isi hati sang penyair, bagaimana suasana hatinya saat membuat sebuah puisi. Perasaan yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ketegasan. Perasaan ketegasan terlihat pada bait ke-2, yaitu masa muda di saat tenaga masih kuat dan banyak kesempatan tersedia untuk mencapai cita-cita. Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Sesama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. Nada dan Suasana Nada merupakan sikap penyair terhadap para pembaca, sedangkan suasana merupakan keadaan jiwa yang ditimbulkan oleh puisi tersebut kepada para pembaca. Jika membaca puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani akan terlihat bagaimana nada yang akan dipakai saat mengucap larik-lariknya. Penulis merasakan nada sungguh-sungguh dan serius. Selain itu juga ada larik yang jika dibacakan sangat sesuai dengan nada haru, yaitu pada baris ke-20 yang berbunyi “Kita akan bercerita”, yaitu menggambarkan sang ibu dan sang anak saling menceritakan pengalamannya dan melepas kerinduan. Suasana dalam puisi ini juga menggambarkan suasana serius, yaitu pada baris ke-15 dan ke-16, yaitu “dan nahkoda sudah tau pedoman” dan “boleh engkau datang padaku!”. Keseriusan tersebut mengandung arti seorang ibu menyuruh anaknya pergi untuk mencapai segala cita-cita kemudian setelah cita-cita tercapai dan hidupnya telah sukses, maka si Ibu menyuruh anaknya kembali pulang. Amanat Amanat merupakan suatu hal yang mendorong penyair untuk menciptakan sebuah puisi. Dengan kata lain, amanat adalah pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi buatannya. Amanat yang terkandung dalam puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah ini merupakan harapan ibu untuk anaknya dalam berjuang menyelami hidup dari tidak mempunyai apa-apa ilmu, harta benda dll sampai berhasil menjadi orang pintar, cerdas, sukses, kaya dll sesuai dengan cita-cita seorang anak, anak tersebut tidak melupakan keluarga dan ibunya, yang akhirnya akan kembali lagi bercengkrama dengan ibunya. Melalui puisinya, pengarang juga mau menyampaikan pesan/amanat bahwa Kesuksesan seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya. Seorang ibu tidak pernah menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya berupa harta/uang. Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan selalu memperhatikan orang tuanya. UNSUR EKSTRINSIK Biografi Asrul Sani Asrul Sani lahir di Rao, suatu daerah di sebelah utara Sumatera Barat, pada tanggal 10 Juni 1926 dan meninggal di Jakarta, pada tahun 2004 Asrul Sani berasal dari keluarga yang terpandang. Ayahnya adalah seorang raja yang bergelar “Sultan Marah Sani Syair Alamsyah Yang Dipertuan Sakti RaoMapat”. Meski membenci Belanda, ayahnya sangat menggemari musik klasik aliran musik bergengsi dari Eropa yang tidak biasa didengar oleh penduduk pribumi pada saat itu, apalagi di daerah terbelakang seperti Rao. Oleh karena itu, Asrul patut berbangga hati karena sebelum bersekolah, ia sudah mendengar karya-karya terkenal dari Schubert. Ibunya adalah seorang wanita yang sederhana, namun sangat memperhatikan pendidikannya. Sejak kecil ia dimanjakan oleh ibunya dengan buku-buku cerita ternama. Ibunya selalu membacakan buku-buku tersebut untuknya. Oleh karena itu, sekali lagi, ia patut berbangga hati karena sebelum pandai membaca, ia sudah mendengar cerita Surat Kepada Raja karya Tagore. Inilah gambaran Asrul muda di mata Pramoedya Ananta Toer Seorang pemuda langsing, gagah, ganteng, berhidung mancung bersikap aristokrat tulen…Tinggalnya di jalan Gondangdia Lama. Mendengar nama jalan ini saja, kami pribumi kampung yang lain, mau tak mau terpaksa angkat pandang menatap wajahnya. Di Gondangdia Lama hanya ada gedung-gedung besar, megah, dan mewah. Akan tetapi, kami pun punya kebanggaan “penerbitan kami”. Begitulah, pada suatu kali kami undang dia datang menghadiri diskusi sastra. “Penerbitan” kebanggaan kami, kami perlihatkan kepadanya. Dia baca pendapat redaksi tentang sajak-sajak peserta. Tentunya, kami ingin tahu pendapatnya, dan sudah tentu juga perhatiannya. Ternyata pendapat dan perhatiannya tepat sebaliknya daripada yang kami harapkan. Aku masih ingat kata-katanya “Tahu apa orang-orang ini tentang sajak?” Dan, kami pun sadar, sesungguhnya kami tidak tahu. Tapi itu tidaklah begitu mengejutkan dibanding dengan kata-katanya yang lain “Tahu apa orang-orang ini tentang Keats dan Shelley! Bukan hanya kami yang baru dengar kata-kata aneh itu, juga Victor Hugo-nya Sanjaya menjadi gagu kehilangan lidah! Pemuda berpeci merah tebal itu adalah asrul Sani . Dan “penerbitan” kamipun mati kehabisan darah kebakaran semangant. Asrul memulai pendidikan formalnya di Holland Inlandsche SchoolHIS, Bukittinggi, pada tahun 1936. Lalu, ia masuk ke SMP Taman Siswa, Jakarta 1942, Sekolah Kedokteran Hewan, Bogor 194.. Ia menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1955. Jadi, ia adalah seorang dokter hewan. Akan tetapi, gelar bergengsi itu tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari dunia seni sastra, teater, dan film. Bahkan, di sela-sela kuliahnya, ia masih sempat belajar drama di akademi seni drama di Amsterdam bea siswa dari Lembaga Kebudayaan Indonesia-Belanda, 1952. Asrul Sani bisa memuji secara habis, selamanya disediakan tempat yang lebih tinggi bagi dirinya. M. Balfas dalamHutagalungg Di dalam dunia sastra Asrul Sani dikenal sebagai seorang pelopor Angkatan ’45. Kariernya sebagai Sastrawan mulai menanjak ketika bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul Tiga Menguak Takdir. Kumpulan puisi itu sangat banyak mendapat tanggapan, terutama judulnya yang mendatangkan beberapa tafsir. Setelah itu, mereka juga menggebrak dunia sastra dengan memproklamirkan “Surat Kepercayaan Gelanggang” sebagai manifestasi sikap budaya mereka. Gebrakan itu benar-benar mempopulerkan mereka. Sebagai sastrawan, Asrul Sani tidak hanya dikenal sebagai penulis puisi, tetapi juga penulis cerpen, dan drama. Cerpennya yang berjudul “Sahabat Saya Cordiaz” dimasukkan oleh Teeuw ke dalam “Moderne Indonesische Verhalen” dan dramanya ,Mahkamah, mendapat pujian dari para kritikus. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai penulis esai, bahkan penulis esai terbaik tahun ’50-an. Salah satu karya esainya yang terkenal adalah “Surat atas Kertas Merah Jambu” sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. Sejak tahun 1950-an Asrul lebih banyak berteater dan mulai mengarahkan langkahnya ke dunia film. Ia mementaskan “Pintu Tertutup” karya Jean-Paul Sartre, “Burung Camar” karya Anton P. Chekov, dll. Ia menulis skenario film “Lewat Jam Malam mendapat penghargaan dari FFI, 1955, “Apa yang Kau Cari Palupi?” mendapat Golden Harvest pada Festival Film Asia, 1971, “Kemelut Hidup” mendapat Piala Citra 1979,dll. Ia juga menyutradarai film “Salah Asuhan” 1972, “Jembatan Merah” 1973, Bulan di atas Kuburan 1973, dll. Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan Asrul Sani semasa hidupnya dan berbagai bidang pula. Ia pernah menjadi Laskar Rakyat pada masa proklamasi, redaktur majalah Pujangga Baru, Gema Suasana, Siasat, dan Zenith. Ketua Dewan Kesenian Jakarta 1977—1987, Ketua Lembaga Seniman Kebudayaan Muslim Lesbumi, Anggota Badan Sensor Film, Pengurus Pusat Nahdatul Ulama, Anggota DPR-MPR 1966—1983, dll. Dalam perjalanan hidupnya, Asrul pernah menikah dua kali. Yang pertama, ia menikahi Siti Nuraini, temannya sesama wartawan, pada tanggal 29 Maret 1951, di Bogor dan bercerai pada tahun 1961. Yang kedua, ia menikahi Mutiara Sarumpaet, 22 tahu lebih muda darinya, pada tanggal 29 desember 1972. Dari pernikahannya yang pertama, Asrul dikaruniai tiga anak perempuan dan dari pernikahannya yang kedua Asrul dikaruniai tiga anak laki-laki Pada masa akhir hidupnya, istrinya, Mutiara Sarumpaet, tetap setia mendampinginya. Asrul yang mulai renta dan sudah harus duduk di kursi roda tidak menghalangi keduanya untuk tampil di depan umum dengan mesra. Ketika menghadiri acara pelantikan Prof. Riris K. Toha Sarumpaet, adik kandung Mutiara menjadi guru besar di Universitas Indonesia 3 September 2003, Mutiara dengan mesra menyuapi Asrul di atas kursi rodanya. Makanan dan minuman yang sesekali meluncur dari bibir dan mengotori dagunya, dilap oleh Mutiara dengan lembut. Karya-Karya Asrul Sani I. Karya Asli a puisi b cerita pendek c drama d esai II. Karya Terjemahan a puisi b cerita pendek c novel masih berupa naskah d drama sebagian besar masih berupa naskah MAKNA PUISI Analisis kebahasaan dan makna Puisi Surat dari Ibu, karya Asrul Sani NO Larik Puisi Makna 1 Pergi ke laut lepas, anakku sayang mencari pengalaman dan menambah wawasan laut lepas = kata simbol =dunia / masyarakat / ilmu pengetahuan / kehidupan 2 pergi ke alam bebas! Alam bebas = kt. Simbol =membebaskan pikiran; menambah wawasan agar pergaulan dan pengetahuannya luas 3 Selama hari belum petang Selama sang anak belum menadi tua Petang = kiasan; simbol =tua 4 dan warna senja belum kemerah-merahan Dan pemikirannya belum penuh dengan beban pemikiran tentang hidup Senja belum kemerah-merahan = suasana suram / pekat;menggambarkan pikiran orang tua yang penuh dengan permasalahan hidup 5 menutup pintu waktu lampau Kita tak mungkin kembali ke masa lalu Ket baris 4-5 mengandung majaspersonifikasi; karena hari diandaikan berlaku seperti manusia menutup pintu baris 3-5 mengandung citraan / imaji visual 6 Jika bayang telah pudar Jika pengalaman yang didapat telah banyak ; digambarkan dengan kata-kata konkret pada baris 1-2 yang menggambarkan hari sudah senja. Jika bayang telah pudar berarti hari sudah mulai senja / dan elang laut pulang ke sarang juga pada waktu senja. Artinya, pengalaman dan pengetahuan yang didapat sang anak sudah banyak / sudah mencukupi. 7 dan elang laut pulang ke sarang 8 angin bertiup ke benua Angin bertiup ke benua / daratan saatnya para nelayan kembali pulang ke darat; artinya saatnya sang anak kembali pulang. 9 Tiang-tiang akan kering sendiri Tiang-tiang akan kering sendiri artinya kedewasaan dan jiwa sang anak sudah kokoh oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh 10 dan nakhoda sudah tahu pedoman Nakhoda simbol seorang pemimpin yang memimpin kapalnya. Kapal simbol kehidupan / perjalanan hidup seseorang Jadi, nakhoda sudah tahu pedoman = pemimpin yang sudah tahu tujuan hidupnya. Sang anak diharapkan sudah tahu tujuan hidupnya 11 boleh engkau datang padaku! Maka sang anak boleh menceritakan seluruh pengalaman dan kesuksesannya kepada sang ibu. 12 Kembali pulang, anakku sayang Sang ibu meminta anaknya pulang 13 kembali ke balik malam! Kembali untuk menenangkan diri dan beristirahat / berkumpul dengan keluarga Malam menggambarkan keadaan; saatnya seluruh anggota keluarga berkumpul dan beristirahat bersama 14 Jika kapalmu telah rapat ke tepi Jika perjalanan hidup; tujuan hidup sang anak telah tercapai Digambarkan dengan kapal telah merapat ke tepi biasanya kapal akan sandar / merapat ke tepi / pelabuhan jika telah sampai tujuan 15 Kita akan bercerita Kita =sang ibu dan sang anak saling menceritakan pengalamannya; melepas kerinduan 16 “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari” Menceritakan hal-hal yang baik tentang kesuksesan sang anak dan bukan tentang keluhan atau kegagalan yang menyebabkan sang ibu bersedih digambarkan dengan menceritakan tentang cinta; dan menceritakan rencana hidup sang anak di masa depan. SHARE TO » Menyimpulkan isi puisi adalah untuk mengetahui perasaan penyair dan sikapnya terhadap pembaca melalui unsur-unsur fisik suatu cerpen, seperti majas, kata-kata konotatif, perlambangan, dan pengimajiannya. Berikut penjelasan dan isi kata-kata penunjuk dalam puisi Surat dari Ibu. Bait I Pergi ke dunia luas, anakku sayang pergi ke hidup bebas! Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daunan dalam rimba dan padang hijau. Penjelasan Menceritakan keinginan seorang ibu kepada anaknya agar anaknya pergi ke dunia yang luas selama masih ada kesempatan. Isi kata-kata penunjuk dalam puisi Pergi ke dunia luas, pergi ke hidup bebas, selama angin masih angin buritan, matahari pagi menyinar. Bait II Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. Penjelasan Menceritakan harapan seorang ibu agar anaknya pantang menyerah ketika sedang pergi ke dunia luas Isi kata-kata penunjuk dalam puisi selama hari belum petang, warna senja belum kemerah-merahan Bait III Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku! Penjelasan Menggambarkan perhatian penyair terhadap suasana di sekitar lautan, yang mempertegas harapan seorang ibu kepada anaknya yang boleh pulang jika anaknya sudah cukup memperoleh ilmu atau pengalaman. Isi kata-kata penunjuk dalam puisi Bayang telah pudar, elang laut pulang ke sarang, angin bertiup ke benua, tiang-tiang akan kering sendiri, nakhoda sudah tahu pedoman. Bait IV Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita "Tentang tinta dan hidupmu pagi hari." Penjelasan Menceritakan impian seorang ibu jika anaknya pulang kembali Isi kata-kata penunjuk dalam puisi kembali ke balik malam, kita akan bercerita. Kesimpulan Puisi ini adalah ungkapan hati seorang ibu melalui sebuah surat yang berisi harapan dan impian sang ibu kepada anaknya agar anaknya mengenal dunia luas semasih ada kesempatan dan berharap anaknya pulang setelah cukup menerima pengalaman dari dunia. Tema dari puisi Surat dari Ibu adalah kasih sayang. Amanat dari puisi Surat dari Ibu adalah Tidak ada kasih sayang yang lebih tulus dari kasih sayang seorang ibu. Belajar dengan sungguh-sungguh agar tidak mengecewakan ibu. Selalu ingat akan rumah meski sedang menimba ilmu di negeri yang jauh Pelajari lebih lanjut Jenis-jenis puisi, dapat dilihat di Dapatkan update tulisan pilihan serta artikel terbaru kami setiap hari dari Terus Kunjugi website " pilihan", caranya klik link kemudian pilih pembahasan galeri karya sastra sesuai yang ingin dibaca. Anda dapat memilih bacaan dari postingan kami sebagai referensi. Canva IllustrationPENDAHULUANPuisi adalah karya sastra yang indah. Puisi selalu menghadirkankan diksi yang indah sebagai bentuk keunikan untuk menggugah hati memahami makna dari puisi tersebut. Senada dengan itu, Waluyo 20031 menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias imajinatif. Dunia sangat mengenal puisi bahkan puisilah yang menjadi sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia sehingga wajar pada zaman sekarang puisi sangat semerbak dan yang dibuahkan mempunyai peranan sangat penting dalam upaya memahami karya sastra secara keseluruhan. Selain itu, perlu diketahui bahwa bahasa sastra bukan sekadar referensial yang mengacu pada hal tertentu melainkan mempunyai fungsi ekspresif, menunjukan nada, dan sikap pengarangnya. Al-Ma’ruf, 2009 68. Begitu pula halnya pada puisi Surat Untuk Ibu Karya Joko Surat Untuk Ibu karya Joko Pinurbo ini memiliki fungsi ekspresif dan menunjukkan nada dan suasana hati pengarang melalui gaya estetis yang diungkapkan dalam puisi tersebut. Isu politik dalam puisi ini disajikan dengan “indah” oleh Joko Pinurbo. Puisi Surat Untuk Ibuadalah bagian puisi dalam antologi Buku Latihan Tidur yang diterbitkan oleh Gramedia pada 2017. Jika kita melihat kondisi Indonesia pada saat itu, maka kita dapat mengaitkannya dengan peristiwa penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok. Segala bentuk isi hati dan kritik yang diungkapkan pengarang melalui puisi ini, mampu dibungkus dengan estetis, sehingga pengkajian stilistika pada puisi ini sangat menarik untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur puisi Surat Untuk Ibu karya Joko Pinurbo. Yaitu struktur antar kalimat dan pragraf. Juga mengkaji diksi serta majaz yang terkandung dalam puisi tersebut. Selain itu adalah mengungkap makna atau pesan yang terdandung dalam puisi Surat Untuk Ibu. Puisi tersebut menarik untuk diteliti karena akan menggunakan pendekatan strukturalisme sebagai pisau analisisnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka rumusan masalah yang akan didiskusikan adalah bagaimana tipografi Surat Untuk Ibu karya Joko Pinurbo? Bagaimana diksi Surat Untuk Ibu karya Joko Pinurbo? Bagaimana gaya kalimat Surat Untuk Ibu karya Joko Pinurbo? Untuk menjawab rumusan masalah ini adalah menggunakan strukturalisme. Menurut Imron 1995 370, strukturalisme adalah semua metode yang dengan tahap abstraksi tertentu menganggap semua objek studinya bukan sekedar sekumpulan unsur yang terpisah-pisah, melainkan suatu perpaduan unsur-unsur yang berkaitan satu dengan yang lain, yang satu bergantung dengan yang lain dan hanya dapat didefinisikan dalam hubungan dengan unsur-unsur lainnya dalam satu keseluruhan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah, secara umum strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu pihak antar hubungan unsur yang satu dengan unsur yang lainnya, di pihak yang lain hubungan antara unsur dengan satu unsur strukturalisme adalah tipografi. Menurut Kosasih 2012, tipografi merupakan pembeda yang sangat penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan berbentuk bait. Yang dimaksud tipografi puisi adalah penyusunan baris dan bait puisi. Tipografi juga sering disebut ukiran bentuk, yang didalamnya terdapat kata, frase, baris, bait, dan akhirnya menjadi sebuah puisi, Martono 2009Metafora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa. Perbandingan simile adalah bahasa kias yang membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dipersamakan dengan menggunakan kata-kata seperti, serupa, bagaikan, laksana, dan sejenisnya. Dengan kata lain, dalam simile bentuk perbandingannya bersifat eksplisit, yang ditandai oleh pemakaian unsur konstruksional semacam kata seperti, sebagai, serupa, bagai, laksana, bagaikan, bak, dan ada kalanya juga morfem se-. Personifikasi dapat diartikan sebagai pemanusiaan. Artinya jika metapora-simile merupakan bentuk pembandingan tidak dengan manusia, personifikasi merupakan pemberian sifat-sifat manusia pada suatu hal. Hiperbola adalah kiasan yang mengungkapkan suatu hal atau keadaan secara berlebih-lebihan. Hiperbola tradisional dapat dijumpai dalam bahasa sehari-hari, seperti bekerja membanting tulang, menunggu seribu tahun, hatinya bagai diiris sembilu, rambut dibelah tujuh, dan sebagainya. METODE PENELITIANPada penelitian ini penulis menggu¬nakan metode penelitian kualitatif. mengatakan penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan, metode kualitatif ini adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang dan perilaku yang diamatinya, Moleong 2012. Data penelitian adalah puisi Surat Untuk Ibu karya Joko Pinurbo yang yang terkumpul dalam antologi puisi berjudul Buku Latiha Tidur. Sedangkan metode pengumpulan data ini adalah studi pustaka dengan teknik baca catat. Setelah melakukan pembacaan atas puisi Surat Untuk Ibu, kemudian mengklasifi¬kasikan data dengan mencatat data beru¬pa paragraf yang sesuai dengan masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Data di¬analisis dengan metode analitik deskriptif. Data dikumpulkan dengan membaca isi puisi dan menginventarisasi, mengklasifi¬kasi data dan menganalisis data dengan teori strukturalisme PENELITIAN DAN PEMBAHASANPendekatan struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan antara satu dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai kesatuan yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan teori strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, seperti tipografi, diksi, dan gaya untuk IbuJoko PinurboAkhir tahun ini saya tak bisa pulang, lagi sibuk demo memperjuangkan nasib sayayang keliru. Nantilah, jika pekerjaan demosudah kelar, saya sempatkan pulang ya, Ibu masih ingat Bambung ’kan?Itu teman sekolah saya yang dulu sering numpangmakan dan tidur di rumah kita. Saya baru sajabentrok dengannya gara-gara urusan politikdan uang. Beginilah Jakarta, Bu, bisa mengubahkawan menjadi lawan, lawan menjadi Ibu selalu sehat bahagia bersama penyakityang menyayangi Ibu. Jangan khawatirkankeadaan saya. Saya akan normal-normal beberapa kali saya mencoba meralatnasib saya dan syukurlah saya masih dinaungikewarasan. Kalaupun saya dilanda sakitatau bingung, saya tak akan memberi tahu Natal, Bu. Semoga hatimu yang merduberdentang nyaring dan malam damaimudiberkati hujan. Sungkem buat Bapak di kuburan.2016Tipografi Berdasarkan jenis tipografinya, puisi diatas adalah jenis puisi dengan tipografi teratur dengan jumlah baris dan bait yang tidak sama. Alasannya, pada puisi tersebut pengarang tidak menggunakan persamaan bunyi atau rima, jumlah kata dan penyusunan kata meskipun baris dan baitnya tidak atau kata bertujuan untuk menghidupkan ruh dan memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan penyair dalam puisi Surat Untuk Ibu. Pemilihan kata yaitu dilakukan dalam rangka kepentingan tertentu. Diksi dibagi menjadi dua jenis yaitu 1 kata konkret dan 2 kata konotatif. Kata konkret disebut juga kata denotasi yang berarti lugas dan sesuai dengan kamus, sedangkan konotasi adalah arti kias, yang diasosiasikan atau disarankannya. Secara umum dalam puisi Surat Untuk Ibu menggunakan kata-kata konotatif. Artinya, ada kata kiasan yang mewakili makna tertentu. Adapun kata-kata konkret yang mewakili puisi Surat Untuk Ibu, seperti pulang, demo, nasib, Jakarta, teman, bentrok, politik, Natal, dan ibu. Penggunaan kata-kata konotatif dalam puisi itu terutama pemanfaatan alegori, pertanyaaan retoris, paradoks, perbandingan, dan Surat Untuk Ibu menyiratkan cerita singkat yang mengandung makna kiasan. Jadi, penyair mencoba melukiskan perasaannya melalui cerita singkat yang memiliki makna tersirat. Makna tersebut tampak kondisi yang bertentangan antara bertahan hidup di Jakarta dan bertemu ibunya di kampung. Joko Pinurbo menunjukkan kondisi bentrok politik di ibukota yang dapat berpengaruh pada seluruh aspek, seperti hubungan antar teman, keluarga, dan rekan kerja. Surat ini sebagai bentuk perasaan penyair ang sedang berada di lingkaran setan sehingga tidak memiliki banak waktu untuk bertemu keluarga, terutama ibu. Selain itu, berikut analisis kata konotatif sebagai pembentuk Bait PertamaPada bait pertama, penyair memanfaatkan oksimoron pada kata-kata memperjuangkan nasib saya yang keliru. Maksudnya, ada gabungan kata-kata yang bertentangan untuk mencapai efek tertentu. Kata “memperjuangkan” seharusnya digunakan untuk sesuatu hal yang positif atau baik, tetapi Joko Pinurbo memilih kata “nasib yang keliru”. Ada makna tersirat, yaitu bentuk tindakan atau perasaan dari penyair yang tidak bisa berubah atau lepas dari kondisi yang Bait KeduaErotesis atau pertanyaan retoris dalam bait kedua tampak dari bentuk interogatif. Kata-kata ingat Bambang kan? menunjukkan adanya efek yang lebih mendalam dan penekanan yang sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Pertanyaan retoris tersebut juga sebagai bentuk perbandingan antara waktu dulu dan sekarang. Unsur alegori dalam puisi menceritakan bahwa Bambang yang dulu adalah sahabat baik dan dekat dengan penyair kemudian seiringnya waktu ketika di dunia kerja atau politik menjadi “lawan” yang menyebabkan adanya perselisihan. Hal tersebut tampak pada kata-kata, seperti makan dan tidur di rumah, bentrok urusan politik dan uang, lawan jadi kawan, serta kawan jadi Bait KetigaPada bait ketiga, penyair menggunakan kata-kata bahagia bersama penyakit yang menyayangi ibu menunjukkan adanya gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Jadi, kata-kata konotatif tersebut memanfaatkan majas paradoks. Penyair mengibaratkan juga bahwa penyakit yang sudah lama dirasakan ibunya sebagai bentuk wujud yang tidak selalu perlu dikhawatirkan atau dikeluhkan. Kata-kata seperti, penyakit, menyayangi menunjukkan bahwa penyair memberikan rasa tenang kepada ibunya bahwa penyakit yang diderita sebagai teman atau diri sendiri yang wajib selalu disayangi agar tidak menimbulkan rasa resah. Keseluruhan kata-kata dalam bait ini menunjukkan kelanjutan cerita dari bait 1 dan 2 yang sudah pada proses pesan dan harapan penyair kepada Bait KeempatPenyair sudah memakai makna konotatif bermajas metafora pada kata-kata hatimu yang merdu berdentang nyaring. Penyair mengibaratkan hati ibunya selalu memiliki merdu yang nyaring. Artinya, hati ibunya sangat baik untuknya. Pada bait ini, penyair sudah menunjukkan pada tahap penutupan atau perpisahan dengan ibunya dan memberikan ucapan “Natal” dan kata “sungkem. Kata “Natal” juga menginterpretasikan setting waktu pada puisi ini atau kondisi puisi dengan penyair saat Gaya KalimatSetiap sajak dalam puisi memerlukan kepadatan dan ekspresivitas karena sajak tersebut hanya mengemukakan inti dariapa yang ingin disampaikan olehpengarang kepada pembaca. Oleh karena itu, hanya yang perlu dinyatakan saja yang disampaikan secara tersurat sedangkan kalimat-kalimat yang lain dinyatakan secara implisit, hanya tersirat saja. Gaya kalimat demikian disebut gaya kalimat implisit. Kepadatan kalimat dengan gaya implisit juga terdapat dalam puisi Surat untuk Ibu karya Joko bait satu, terdapat kata yang diimplisitkan, yakni kata “Mohon maaf” yang seharusnya terdapat di awal kalimat kedua pada bait satu. Jadi, kalimat kedua pada bait satu seharusnya berbunyi Mohon maaf/ Akhir tahun ini saya tak bisa pulang, Bu/. Demikian pula kalimat ketiga pada bait satu tersebut terdapat bagian kalimat yang diimplisitkan, yakni “untuk”. Bunyi yang tepat pada baris ketiga ini, sebagai berikut. /Nantilah, jika pekerjaan demo sudah kelar, saya sempatkan untuk pulang sebentar/. Kedua kata baik terdapat pada kalimat pertama maupun ketiga ini sengaja tidak ditampilkan atau diimplisitkan agar kalimat tersebut terasa lebih padat dan bait dua, pemadatan juga dilakukan penyair dengan mengimplisitkan bagian kalimat tertentu. Pada baris pertama, sebenarnya terdapat kata “dengan” di depan kata “Bambang”. /Oh ya, Ibu masih ingat dengan Bambung ’kan?/. Akan tetapi, kata tersebut sengaja diimplisitkan sehingga menjadi kalimat yang lebih baris kedua kalimat kata ganti orang ketiga juga diimplisitkan, yaitu “Bambang” menjadi “itu”.Seharusnya, kalimat tersebut berbunyi sebagai berikut. /Bambang Itu teman sekolah saya yang dulu sering numpang makan dan tidur di rumah kita./ Penggantian kata ganti orang tersebut tidak mengganggu hubungan antar kalimat melainkan justru menambah efektifitas kalimat dan menimbulkan efek makna khusus sekaligus mampu mencapai efek estetis. Kalimat ketiga dan keempat pada bait kedua juga terdapat gaya implisit yakni dihilangkannya kata “mengalami” sebelum kata “bentrok”, kata “kehidupan” danawalan “-di” sebelum kata “Jakarta” serta kata “dan” sebelum kata “lawan”. /Saya baru saja mengalami bentrok dengannya gara-gara urusan politik dan uang./ /Beginilah kehidupan di Jakarta, Bu, bisa mengubah kawan menjadi lawan, dan lawan menjadi kawan./ Dengan diimplisitkannya kata “mengalami”, “kehidupan”, “di”, dan “dan” tersebut, kalimat menjadi lebih ekspresif dan efektif. Bait ketiga pada baris pertama dan kedua juga terdapat kata yang diimplisitkan. Kata “dan” sesudah kata “sehat”, kata “dengan” sesudah kata “bersama”, dan kata ”mohon” atau “tolong” di awal kalimat ketiga sebelum kata “jangan”. /Semoga Ibu selalu sehat dan bahagia bersama dengan penyakityang menyayangi Ibu./ Mohon atau Tolong/Jangan khawatirkankeadaan saya./ Bait keempat pada keseluruhan kalimat juga mengandung kata yang diimplisitkan. Padabaris pertama terdapat kata “saya” dan “ucapkan” sebelum kata “selamat”. Pada baris kedua terdapat kata “bersuara” sebelum kata “merdu”, kata “dengan” sesudah kata “berdentang”, serta kata ”tetesan” dan “air” sebelum kata “hujan”. Adapun pada kalimat ketiga terdapat kata “sampaikan” di awal kalimat sebelum kata “sungkem” Saya ucapkan/Selamat Natal, Bu./ /Semoga hatimu yang bersuara merdu berdentang dengan nyaring dan malam damaimu diberkati tetesan air hujan./ Sampaikan/Sungkem buat Bapak di kuburan./Dari kajian gaya kalimat di atas, dapat dikemukakan bahwa dalam puisi Surat untuk Ibu karya Joko Pinurbo tersebut terlihat kalimat-kalimat mengalami pemadatan dengan gaya implisit. Pemadatan kalimat dengan gayaimplisit ini tidak menggangguhubungan antar kalimat melainkan justrumenambah efektivitas kalimat dan menimbulkan efek makna khusu ssekaligus mampu mencapai puisi Joko Pinurbo yang berjudul Surat Untuk Ibu dapat disimpulkan bahwa, puisi ini mengandung unsur-unsur intrinsik yaitu mengurai unsur internal berupa tipografi diksi, dan gaya bahasa yang sangat kuat sehingga cocok dikaji dengan pendekatan Ali Imron. 2009. Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Solo Cakra 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang 1988. Strukturalisme Genetik dan Epistemologi Sastra. Yogyakarta Lukman Lucien. 1977. The Hidden God A Study of Tragic Vision in the Pensees of Pascal and the Tragedies of Racine, translated from the French by Philip Thody. London Routledge and Kegan Paul Joko. 2017. Buku Latihan Tidur. Jakarta GramediaMartono. 2009. Ekspresi Puitik Puisi Munawar Kalahan Suatu Kajian Hermeneutika. Pontianak STAIN Pontianak Press. Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung CV. Yrama Widya Di reuni sekolah kami yang bertempat di gedung sekolah SMP yang lama di Kota Minyak Kalimantan Timur kami bertemu denga para guru yang pernah mendidik kami dahulu. Mantan murid maju satu persatu ke depan untuk mengenalkan dirinya kembali, agar para guru bisa mengingat kami yang penampilannya sudah tak beseragam putih biru lagi. Tak disangka setelah mantan Kepala Sekolah dan para guru sedikit bercerita kenangan tentang kami, salah seorang guru, ibu Sri menyampaikan petuahnya dengan cara lain. Beliau membacakan puisi karya Asrul Sani untuk kami, berjudul Surat Dari Ibu. Tak terasa tetesan air mata mengalir di pipi kami, merasakan kasih sayang guru kepada murid-muridnya. Isak tangis mulai terdengar, tisue dikeluarkan untuk menyeka air mata. SURAT DARI IBU Pergi ke dunia luas, anakku sayang pergi ke hidup bebas ! Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daunan dalam rimba dan padang hijau. Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas ! Selama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang kesarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman boleh engkau datang padaku ! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam ! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.” Aku yang tidak mengenal banyak puisipun terlarut dengan kalimat-kalimat indah ini. Sajak ini rasanya menggambarkan doa seorang ibu agar anak kuat berjuang dan mencapai cita-citanya tanpa melupakan asal-usulnya seperti si Malin Kundang. Sejak itu aku mencari puisi ini dan menyesali mengapa waktu itu tak bertanya langsung kepada bu guru, karena kami semua langsung larut dalam pelukan. Keharuan membuatku tak dapat mengingat judul puisi, hanya pengarangnya yang kuingat. Alhamdulillah suatu kali membaca potongan puisi ini di tempat ummurizka, dan dari beliaulah kudapatkan puisi lengkapnya. Terima kasih ya mbak.

kesimpulan dari puisi surat dari ibu